Pada hari Rabu, tanggal 19 Oktober 2011, beberapa anggota KDL berkesempatan melihat kondisi DAS Hulu Lamasi. Dalam kesempatan ini, kami diantar Pak Jarmo yg mengendarai kendaraan four wheel drive milik perusahaan tambang, untuk melewati kondisi jalan berbatu dan menanjak. Pak Bakti duduk di depan, bersama Pak Jarmo. Pa Buntoro dari Forum DAS juga berkesempatan ikut dalam rombongan. Pa Agus, Ibu Rita dari Telapak dan Ibu Hisma dari PBS juga turut serta.
Kami ditunjukkan jalan menuju Gudang Handak (bahan peledak) yg saat ini ijinnya masih sementara diurus. Kuburan di atas gunung juga menjadi perhatian kami. Minggu lalu baru saja diadakan upacara pemindahan makam. Ada 13 tedong (kerbau) yg dipotong dalam acara pemindahan makam. Perjalanan berbatu dan menanjak terus kami lalui sampai di perbatasan Kabupaten Luwu dan Kabupaten Toraja.
Panas terik menyertai perjalanan kami. Di beberapa tempat bisa kami lihat tanah yg menghitam. Rupanya beberapa petani bersiap untuk menanami padi gogo di tebing curam pegunungan di bagian hulu DAS ini.
Perusahaan tambang Antam pernah beroperasi di kawasan ini antara tahun 1954 sampai 1992. Orientasi mereka hanya mengambil emas. Tidak ada teknologi yg saat itu bisa mengambil barang tambang lainnya. Terlihat beberapa kubangan bekas penambangan.
Operasi tambang tidak akan berpengaruh banyak jika pengeboman dilaksanakan di sebelah kiri sungai, kata Kepala Korwil 1 Lamasi. Karena ada lebih banyak anak sungai di sebelah kanan sungai. Saat ini debit sungai lamasi adalah 9m3/detik. Idealnya dibutuhkan 10 m3/detik untuk mengairi 9 ribu hektar irigasi teknis di bagian tengah DAS Lamasi.
Di Desa Ilan Batu kami sempat menyaksikan dari atas sebuah jembatan yg belum selesai dibangun. Jembatan ini menghubungkan 3 buah desa ke arah selatan.
Air jernih mengalir di Sungai Lamasi. Semoga masih terus bisa terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar